Istilah hukum tajwid telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kaum Muslim. Pengertian hukum tajwid secara sederhana mengacu pada aturan-aturan yang mengatur tata cara membaca Al-Quran dengan benar. Memahami hukum tajwid bukanlah sekadar formalitas, melainkan kunci untuk mendekati dan menghargai keagungan isi Al-Quran. Dalam hukum tajwid, terdapat beragam aturan dan kaidah yang membimbing umat Islam agar mampu membaca Al-Quran dengan kualitas yang baik dan mendalam.
Pengertian Hukum Tajwid Menurut Bahasa dan Istilah
Secara Etimologi
Secara etimologi, hukum tajwid berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata dan bentuk masdar جوّد – يجوّد – تجويدا (jawwada- yujawwidu-tajwid). Makna dari kata tersebut adalah memperbaiki, memperindah, dan memperbagus. Ini menunjukkan bahwa tajwid bukan sekadar membaca, melainkan melibatkan upaya untuk menyempurnakan dan memberi kehormatan pada setiap huruf.
Secara Terminologi
Dalam terminologi, tajwid berarti:
هءاطعإَ وَهجر مََنمَفرحَ كَ جارخإ َتافصلاَ نمَ هقحتسم َ
Artinya:
“Mengeluarkan setiap huruf dari makhrajnya (tempat keluarnya) dengan memberikan hak-hak dan mustahaq dari sifat yang dimilikinya”
Dari penjelasan ini, kita memahami bahwa tajwid mengatur segala aspek yang berkaitan dengan setiap huruf dalam Al-Quran, termasuk hak-hak yang harus dihormati dan hukum-hukum yang diterapkan ketika hak-hak ini terpenuhi. Selain itu, tajwid juga mengatur sifat-sifat yang dimiliki oleh huruf-huruf, seperti huruf mad dan lainnya.
Tajwid dalam Ajaran Islam
Dalam ajaran Islam, tajwid memiliki dua makna penting:
Ilmu Tajwid: Tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang aturan-aturan dan kaidah dalam membaca Al-Quran dengan benar. Ini mencakup aspek pelafalan, tata cara membaca, serta memahami karakteristik setiap huruf.
Hukum Tajwid: Tajwid juga merupakan kaidah atau hukum yang mengatur cara membaca Al-Quran agar terhindar dari kesalahan dan perubahan makna. Hal ini penting untuk menjaga keutuhan dan autentisitas pesan Al-Quran.
Menurut Imam Ibnul Jazari, tajwid bukan hanya sekadar membaca, tetapi membaca dengan penuh perhatian pada pelafalan yang baik dan makna yang benar. Ini mencerminkan upaya untuk menghormati dan mendekati kebenaran serta keindahan Al-Quran.
Keutamaan Mempelajari Hukum Tajwid
Mempelajari hukum tajwid bukanlah sekadar suatu kewajiban, melainkan juga keutamaan bagi setiap Muslim. Beberapa alasan mengapa mempelajari hukum tajwid sangat penting adalah:
Derajat Tinggi di Mata Allah: Mempelajari tajwid akan mendatangkan pahala dan derajat yang tinggi dari Allah SWT. Ini mencerminkan upaya individu dalam mendekatkan diri kepada Tuhan dengan membaca kitab-Nya dengan baik.
Keaslian Isi Al-Quran: Mempelajari tajwid adalah cara menjaga keaslian dan kemurnian isi Al-Quran. Hal ini berhubungan dengan tanggung jawab untuk menyampaikan pesan Allah dengan tepat, tanpa merusak makna atau interpretasi.
Kewajiban Individu dan Komunal: Meskipun mempelajari hukum tajwid pada awalnya adalah fardu kifayah (kewajiban kolektif), pada praktiknya, hal ini dapat menjadi fardu ain (kewajiban personal) bagi semua pembaca Al-Quran. Ini menunjukkan pentingnya upaya individu dalam memastikan pembacaan Al-Quran yang benar.
Kaitan dengan Keagungan Al-Quran: Tajwid berkaitan erat dengan keagungan Al-Quran sebagai kitab suci terpenting dalam Islam. Upaya memahami tajwid adalah cara untuk mendekati dan menghormati kitab tersebut.
Macam-Macam Hukum Tajwid dalam Membaca Al-Quran dengan Benar
Pengertian hukum tajwid telah memberikan kita landasan yang kuat tentang pentingnya membaca Al-Quran dengan benar dan memahami makna yang terkandung di dalamnya. Sekarang, mari kita menjelajahi beberapa macam hukum tajwid yang perlu diperhatikan agar kita dapat membaca Al-Quran dengan tata cara yang benar dan menghormati pesan yang terkandung di dalamnya.
1. Hukum Nun Sukun dan Tanwin Nun sukun dan tanwin adalah huruf nun mati (tanpa harakat) yang diikuti oleh huruf yang mengeluarkan suara (huruf hidup). Ketika nun mati ini bertemu dengan huruf hidup, kita harus melakukan ikhfa (menyembunyikan) dan melafalkan suara huruf tersebut dengan lembut tanpa mengeluarkan suara nun mati. Contoh: “bismillahirrahmanirrahim”.
2. Hukum Izhar Izhar adalah pelafalan yang jelas dan terbuka. Ini terjadi ketika huruf hijaiyah yang memiliki hukum izhar (ب، ج، د، ط، ت، ث) bertemu dengan huruf nun atau tanwin. Dalam kasus ini, huruf nun atau tanwin akan dilafalkan dengan jelas dan terbuka, tanpa adanya pengubahan suara. Contoh: “banatun” (بَنَاتٌ).
3. Hukum Iqlab Iqlab terjadi ketika huruf nun atau tanwin bertemu dengan huruf qalqalah (ب، ج، د، ط، ت). Dalam hukum ini, nun atau tanwin diubah menjadi huruf mim dengan memantulkan bibir sehingga menghasilkan bunyi yang lebih keras. Contoh: “akhawatim” (أَخَوَاتٍ) diucapkan dengan suara “akhawatim”.
4. Hukum Idgham Idgham adalah menggabungkan atau menyatukan dua huruf berbeda dalam bacaan. Terdapat dua jenis idgham:
- Idgham bighunnah: Terjadi ketika huruf nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ya atau wawu. Nun mati atau tanwin dilafalkan dengan lembut dan suara “ng” atau “w” dari huruf ya atau wawu bergabung dengan nun mati atau tanwin. Contoh: “min syarra” (مِن شَرَّ).
- Idgham bila ghunnah: Terjadi ketika huruf nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf mim. Mim diucapkan dengan sedikit getaran (ghunnah) sehingga huruf nun mati atau tanwin seolah-olah melebur dengan huruf mim. Contoh: “min minal” (مِن مَّنَ).
5. Hukum Ikhfa Ikhfa adalah menyembunyikan pelafalan nun atau tanwin ketika bertemu dengan huruf yang memiliki hukum ikhfa (النطق بالمخمصة). Huruf nun atau tanwin diucapkan dengan lembut dan tidak terlalu jelas, seolah-olah diselipkan di antara huruf sebelumnya dan sesudahnya. Contoh: “min sharril” (مِن شَرِّ).
6. Hukum Qalqalah Qalqalah adalah getaran atau gema yang dihasilkan oleh huruf hijaiyah dengan hukum qalqalah (ب، ج، د، ط، ت) ketika muncul dalam bacaan yang sukun. Getaran ini terjadi pada akhir kata atau dalam kasus berikutnya:
- Setelah huruf waqaf (berhenti) atau qalqalah yang terakhir.
- Setelah huruf yang memiliki harakat tasydid.
- Setelah huruf yang memiliki tanda sukun dan didahului oleh huruf yang memiliki harakat kasrah atau fathah.
Melalui pemahaman mendalam tentang hukum tajwid ini, umat Muslim dapat membaca Al-Quran dengan benar, menjaga keaslian makna, dan menghormati pesan yang terkandung di dalamnya. Mempraktikkan dan memahami hukum tajwid tidak hanya menjadi tanggung jawab kolektif, tetapi juga suatu wujud penghormatan terhadap kitab suci yang memiliki tempat yang sangat istimewa dalam agama Islam. Dengan menggali lebih dalam tentang hukum tajwid, umat Islam dapat mendekati Al-Quran dengan hati yang tulus dan pikiran yang penuh penghayatan.
Berikut adalah tabel yang berisi rangkuman tentang macam-macam hukum tajwid dalam membaca Al-Quran dengan benar:
No. | Macam Hukum Tajwid | Deskripsi | Contoh Bacaan |
---|---|---|---|
1. | Nun Sukun dan Tanwin | Huruf nun mati (tanpa harakat) diikuti oleh huruf hidup. Ikhtiar ikhfa’ (menyembunyikan) suara nun mati. | “bismillahirrahmanirrahim” |
2. | Izhar | Pelafalan terbuka dan jelas. Huruf hijaiyah dengan hukum izhar bertemu dengan huruf nun atau tanwin. | “banatun” (بَنَاتٌ) |
3. | Iqlab | Huruf nun atau tanwin bertemu dengan huruf qalqalah. Nun atau tanwin diubah menjadi mim dengan getaran. | “akhawatim” (أَخَوَاتٍ) |
4. | Idgham | Penggabungan dua huruf berbeda. Ada idgham bighunnah dan idgham bila ghunnah. | “min syarra” (مِن شَرَّ) |
5. | Ikhfa | Menyembunyikan pelafalan nun atau tanwin ketika bertemu huruf dengan hukum ikhfa’. | “min sharril” (مِن شَرِّ) |
6. | Qalqalah | Getaran atau gema pada huruf hijaiyah dengan hukum qalqalah. | “watakallama” (وَتَكَلَّمَ) |
Tabel di atas memberikan gambaran ringkas tentang berbagai macam hukum tajwid yang harus diperhatikan saat membaca Al-Quran. Memahami dan mengamalkan hukum-hukum ini akan membantu umat Muslim dalam membaca kitab suci dengan benar, menghormati pesan yang terkandung di dalamnya, dan menjaga keutuhan makna yang disampaikan oleh Allah SWT.
Kesimpulan
Mempelajari hukum tajwid bukan hanya sekadar kewajiban, melainkan juga manifestasi dari penghormatan dan penghargaan terhadap Al-Quran. Dengan memahami aturan-aturan ini, umat Islam dapat membaca kitab suci dengan benar dan mendalam, menjaga kemurnian pesan Allah, dan mendekatkan diri kepada-Nya. Kehadiran tajwid dalam ajaran Islam memberikan nilai tambah pada pengalaman spiritual setiap individu dan umat Muslim secara keseluruhan.