Kisah Sahabat: Dzul Bijadain, Jasadnya Disambut dan did’oakan Nabi Saw

Kisah sahabat Nabi Saw Dzu Al Bijadain (Abdullah al-Muzani) yang jasadnya disambut dan dido’akan oleh Nabi SAW bagian pertama akan diceritakan pada artikel dibawah ini.

“Dunia telah memanggil-manggil Dzul Bijadain. Namun ia telahmenulikan telinganya untuk mendengarkan suara dunia. Ia malah mengejar akhirat yang ia cari lewat setiap jalan.”

Di sebelah kanan pengelana yang berasal dari Madinah hendak menujuMekkah Al Mukarramah ada sebuah gunung hijau yang sejuk dan enak dipandang mata. Gunung tersebut dikenal dengan Warqan. Yang

menempati gunung ini adalah sebuah kabilah yang dikenal denganMuzainah.

Di salah satu lereng gunung tersebut yang terletak dekat dengan Yatsribtelah lahir seorang anak bernama Abdul Uzza bin Abd Naham Al Muzani

dari kedua orang tua yang miskin.

Kelahiran bocah ini sesaat sebelum terbitnya cahaya kebenaran dari Mekkah Al Mukarramah.

Akan tetapi kehendak Allah Swt telah menetapkan bahwa ayah bocah ini meninggal dunia, padahal bocah tersebut belum juga dapat berjalan.

Maka selain menjadi bocah fakir, ia pun kini menjadi anak yatim.

Akan tetapi bocah yatim dan fakir ini memiliki seorang paman yang begitu kaya dan memiliki keluasan dalam harta. Paman tadi belum juga

mempunyai anak yang menghiasi hidupnya, atau yang dapat mewarisi hartanya. Maka ia begitu senang dengan keponakannya ini. Dan ia menjadikan diri dan hartanya seperti milik bocah tadi, seolah dia adalahanaknya sendiri.

Tumbuhlah bocah Al Muzany tadi di pangkuan haribaan gunung Warqan yang lebat dengan bunga. Maka gunung yang segar tersebut memberikan pakaian kesantunan dan kelembutan kepada pemuda ini.

Gunung Warqan juga memberikan kejernihannya kepada pemuda ini. Maka tumbuhlah pemuda ini dengan perasaan yang halus, jiwa yang bersih dan fitrah yang suci. Dan ini merupakan salah satu sebab lain yang membuat pamannya semakin cinta kepadanya.

Meskipun pemuda Al Muzany ini sudah tumbuh dewasa sebagaimana para pria dewasa. Akan tetapi dia belum pernah mendengar kabar tentang agama yang baru, dan ia tidak mengetahui sedikitpun informasi tentang pembawa agama ini yaitu Muhammad bin Abdullah Saw.

Hal itu terus berlangsung sehingga kota Yatsrib merayakan hari bergembiranya dengan kedatangan Rasulullah Saw ke sana sebagai seorang yang berhijrah.

Maka mulailah pemuda Al Mazini ini mengikuti informasi tentang diri Rasulullah Saw dan ia terus memantaunya. Sehingga sering kali ia berdiam diri sepanjang hari di tengah jalan yang menuju Madinah agar ia dapat bertanya kepada orang yang menuju kesana atau kepada orang yang baru saja dari sana tentang agama baru dan para pengikutnya.

Iapun sering menanyakan tentang Nabi Saw dan informasi tentang dirinya, sehingga Allah Swt berkenan melapangkan dadanya yang suci untuk menerima Islam dan membuka hatinya untuk menyerap cahaya iman.

Maka bersaksilah pemuda ini bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

Hal itu terjadi, sebelum matanya melihat langsung dengan Rasulullah Saw atau telinganya mendegarkan sabda-sabda Beliau.

Maka dia menjadi orang pertama yang masuk Islam dari kaumnya yang berada di gunung Warqan.

Pemuda Al Muzani ini menyembunyikan keislamannya dari kaumnyasecara umum dan secara khusus dari pamannya.

Ia sering pergike sebuah lereng yang jauh untuk beribadah kepada Allah Swt di sebuah sudutnya yang jauh dari pandangan manusia.

Ia amat menantikan dengan sangat hari dimana pamannya akan masuk Islam dan agar ia dapat mengumumkan keislamannya serta agar ia

beserta pamannya dapat menjumpai Rasulullah Saw.

Setelah sekian lama ia ingin sekali berjumpa dengan Rasul yang menimbulkan rasa rindu dan memenuhi seluruh relung hati dan sanubarinya.

Ketika pemuda ini mendapati bahwa kesabarannya telah berlangsung cukup lama, dan pamannya semakin jauh dari Islam. Dan sudah banyak sekali peperangan yang dilakukan Rasulullah Saw yang telah meninggalkannya satu demi satu.

Maka ia mengambil keputusan tanpa berpikir apa yang bakal terjadi pada dirinya- dan ia menghadap pamannya seraya berkata: “Paman, Aku sudah lama sekali menunggumu agar engkau masuk Islam sehingga habis kesabaranku. Jika engkau berkenan masuk ke dalam Islam dan sehingga Allah menetapkan kebahagian bagimu maka itu amat baik jika engkau lakukan. Jika engkau tidak berkenan, maka izinkanlah aku untuk mengumumkan keislamanku di depan manusia.

Begitu ucapan pemuda ini mampir di telinga pamannya, maka sang paman langsung emosi dan berkata: “Aku bersumpah demi Lata dan Uzza,

jika engkau masuk Islam maka aku akan mengambil semua yang ada di tanganmu yang pernah aku berikan. Dan aku akan membiarkanmu hidup miskin. Dan aku tidak akan perduli bila kau membutuhkan atau kelaparan!”

Ancaman ini tidak membuat pemuda yang beriman ini menjadi gentar.

Dan ia tidak ragu dengan tekad yang sudah ditanamkan.

Maka pamannya meminta bantuan kepada kaumnya untuk menghadapi dirinya. Maka mereka langsung memberikan ancaman dan rayuan kepadanya.

Dan ia pun berkata kepada mereka: “Lakukanlah segala yang kalian inginkan, dan aku akan tetap menjadi pengikut Muhammad, meninggalkan penyembahan batu dan berpaling ke arah penyembahan kepada Allah Yang Esa dan Maha Perkasa! Terserah kepada kalian sendiri”

Maka serta-merta pamannya mengambil kembali apa yang telah diberikan kepadanya. Ia juga tidak memberikan pertolongannya dan mengharamkan dirinya untuk berbuat baik kepada pemuda ini lagi. 

Dan ia tidak menyisakan apa-apa untuk pemuda ini selain pakaian yang menutupi auratnya saja.

Bersambung…..

Leave a Comment