Tajwid Surat Al A’la ayat 1-5

Pendahuluan

Bacaan Al-Quran memiliki kedudukan istimewa dalam agama Islam. Kaum Muslimin diwajibkan untuk membaca Al-Quran dengan baik, benar, dan mengikuti aturan-aturan tajwid. Memahami hukum tajwid pada surat ini tidak hanya memberikan keindahan dalam bacaan, tetapi juga mendalamkan pemahaman makna yang terkandung dalam ayat-ayat suci. Dalam artikel ini, kita akan membahas pentingnya memahami hukum tajwid Surat Al A’la ayat 1–19 dan bagaimana penerapan tajwid ini dapat menguatkan pemahaman keesaan Allah Subhanahu wa ta’ala serta memberikan panduan yang benar kepada umat manusia.

Surat Al A’la: Penyucian dan Petunjuk Ilahi

Surat Al A’la merupakan surat ke-87 dalam Al-Quran yang terdiri dari 19 ayat. Surat ini termasuk golongan Makkiyah dan mengandung tema utama mengenai penyucian Allah Subhanahu wa ta’ala serta penetapan keesaan-Nya. Surat ini juga menggambarkan kekuasaan Allah dalam menciptakan dan memberikan petunjuk kepada para nabi. Tujuan dari surat ini adalah memberikan panduan kepada manusia untuk menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran yang benar.

Hukum Tajwid pada Surat Al A’la Ayat 1–5

Berikut adalah penjelasan hukum tajwid dari beberapa ayat dalam Surat Al A’la:

Ayat 1: سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْاَعْلَىۙ

Sabbiḥisma rabbikal-a’lā

Artinya: “Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi.”

Hukum tajwidnya :

Kata “رَبِّكَ”: Dibaca dengan tafkhim karena huruf “ra” berharakat fathah.

Kata “الْأَعْلَى”: Dibaca dengan alif lam qomariyah karena ada alif lam berjumpa atau disertai hamzah, salah satu huruf qomariyah.

Huruf “عْلَى”: Dibaca dengan mad thabi’i karena setelah “lam” ada “alif” bengkok, sehingga cara membacanya panjang dua harakat.

Ayat 2 : الَّذِيْ خَلَقَ فَسَوّٰىۖ

allażī khalaqa fa sawwā

Artinya: “Yang menciptakan, lalu menyempurnakan (ciptaan-Nya).”

Hukum tajwidnya :

Kata “الَّذِي”: Dibaca dengan alif lam syamsiyah karena ada alif lam bertemu lam lagi, salah satu karakter syamsyiyah. Dibaca dengan idgham.

Kata “لَّذِي”: Dibaca dengan mad thabi’i karena ada ya sukun sebelumnya ada kasrah di huruf “dza”.

Kata “فَسَوّٰ”: Dibaca dengan mad thabi’i karena ada fathah berdiri di atas “wau”.

Ayat 3: وَالَّذِيْ قَدَّرَ فَهَدٰىۖ

wallażī qaddara fa hadā

Artinya: “Yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.”

Hukum tajwidnya :

Kata “وَالَّذِي”: Dibaca dengan alif lam syamsiyah karena ada alif lam berjumpa lam, salah satu karakter syamsyiyah. Dibaca dengan idgham.

Kata “لَّذِي”: Dibaca dengan mad thabi’i karena ada ya sukun sebelumnya ada kasrah di “dzal”.

Kata “قَدَّرَ”: Dibaca dengan tafkhim karena huruf “ra” bertanda baca fathah.

Kata “فَهَدٰىۖ”: Dibaca dengan mad thabi’i karena ada fathah berdiri di atas huruf “dal”.

Ayat 4: وَالَّذِيْٓ اَخْرَجَ الْمَرْعٰىۖ

wallażī akhrajal-mar’ā

Artinya: “Dan Yang menumbuhkan rerumputan.”

Hukum tajwidnya :

Kata “وَالَّذِي”: Dibaca dengan alif lam syamsiyah sebab ada alif lam berjumpa atau disertai “lam”, salah satu huruf syamsyiyah. Dibaca dengan idgham.

Kata “أَخْرَجَ”: Dibaca dengan tafkhim, sebab ada “ra” bertanda baca fathah.

Kata “وَالَّذِي أَخْرَجَ”: Dibaca dengan mad jaiz munfashil, karena ada mad thabi’i bertemu “hamzah” yang terpisah. Cara membacanya dipanjangkan sampai dua setengah alif atau lima harakat.

Kata “الْمَرْعَى”: Dibaca dengan alif lam qomariyah karena ada alif lam berjumpa atau dibarengi “mim”, salah satu karakter qomariyah. “Ra” dibaca dengan tafkhim.

Kata “عٰىۖ”: Dibaca dengan mad thabi’i karena ada fathah berdiri di atas huruf “ain”.

Ayat 5 : فَجَعَلَهٗ غُثَاۤءً اَحْوٰىۖ

fa ja’alahụ guṡā`an aḥwā

Artinya: “Lalu dijadikan-Nya (rumput-rumput) itu kering kehitam-hitaman.”

Hukum tajwidnya :

Kata “فَجَعَلَهُ”: Dibaca dengan mad shilah qashirah, karena huruf “ha” (kata ganti) bertemu dengan huruf selain “hamzah”. Cara membacanya panjang dua harakat.

Kata “غُثَاۤءً”: Dibaca dengan mad wajib muttasil, karena huruf mad bertemu “hamzah” dalam satu kata. Dibaca panjang empat atau lima harakat.

Huruf “ءً اَ”: Dibaca dengan idzhar halqi, cara membacanya tanwin dibaca jelas.

Kata “اَحْوٰىۖ”: Dibaca dengan mad thabi’i, karena ada fathah berdiri di atas “wau”. Cara membacanya dipanjangkan dua harakat.

Kesimpulan

Memahami hukum tajwid pada Surat Al A’la  adalah penting bagi kaum Muslimin. Penerapan tajwid yang tepat dalam membaca Al-Quran tidak hanya membuat bacaan menjadi lebih indah, tetapi juga memperdalam pemahaman makna yang terkandung dalam ayat-ayat suci. Surat Al A’la sendiri mengandung ajaran tentang penyucian Allah, keesaan-Nya, dan kuasa-Nya dalam memberikan petunjuk kepada manusia. Oleh karena itu, belajar dan mengamalkan hukum tajwid dalam membaca Al-Quran adalah langkah penting bagi siapa pun yang ingin mendekatkan diri kepada Allah melalui bacaan suci-Nya.

Leave a Comment